Teori pasar modal
A. Perkembangan pasar modal di dunia dan di indonesia dengan adanya covid19
Pada saat sekarang ini, Pasar modal di dunia khususnya di indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis akibat dari wabah Covid-19 saat ini,
Seperti yang disampaikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, jika semua bursa saham di dunia mengalami penurunan harga efek. Hal ini ditandai dengan indeks harga saham gabungan bursa-bursa global yang serempak menurun selama pandemi. IHSG BEI sejak Januari 2020 menurun sampai titik terendah di awal April, namun mulai menunjukkan tren bergerak naik perlahan memasuki bulan Mei 2020.
IHSG BEI pada pertengahan Mei berada di kisaran 4.500. Sebelum Covid-19 merebak, IHSG BEI pada awal 2020 berada di posisi 6.325. Kisaran indeks yang saat ini berada di posisi 4.500 berpotensi untuk kembali naik ke angka di atas 6.300. Sebelumnya, IHSG BEI pernah berada di kisaran 4.500 pada tahun 2013 atau tujuh tahun lalu.
Ini artinya, jika investor saat ini masuk berinvestasi saham, bisa membeli saham-saham dengan harga yang relatif murah. Perbandingan murahnya harga saham saat ini sama seperti ketika membeli saham pada tujuh tahun lalu. Ini menjadi peluang bagi investor di pasar modal Indonesia untuk mulai berinvestasi dan merealisasikan keuntungan saat perekonomian dunia membaik atau telah berkembang pesat kembali.
Kondisi ini tidak hanya dialami bursa saham di Indonesia. Semua bursa saham di dunia terkena dampak yang sama. Bursa di Jepang, misalnya. Indeks Nikkei yang menjadi indikator perdagangan saham di Jepang pada awal 2020 mencatat Indeks saham tertinggi di kisaran 24.083. Pada pertengahan Maret, saat wabah Covid-19 masih memuncak, indeks saham Nikkei terkoreksi hingga ke level terendah 16.552. Pada minggu ketiga Mei, indeks Nikkei sudah mulai naik ke kisaran level 20.595.
Indeks Dow Jones Industrial Average Indeks (DJIA), yang menjadi salah satu indikator utama perdagangan saham di Amerika Serikat, pada bulan Februari masih berada di level tertinggi sepanjang tahun, yakni 29.551. Indeks kemudian mengalami penurunan signifikan hingga mencapai level terendah pada akhir Maret ke posisi 18.591. Pada minggu ketiga Mei, DJIA kembali naik ke posisi 24.206.
Bagaimana dengan bursa saham di Tiongkok. Negeri Tirai Bambu ini menjadi lokasi pertama penyebaran virus Covid-19. Saat ini, Tiongkok telah berhasil menurunkan penyebaran virus secara signifikan. Pada awal Januari 2020, yaitu pada saat wabah ini masih belum menyebar luas, indeks saham Shanghai tercatat di angka 3.116. Pada minggu keempat Maret, indeks Shanghai merosot ke posisi terendah tahun ini, yakni 2.660. Sejalan dengan wabah yang mereda, minggu ketiga Mei indeks saham Shanghai sudah ada pada level 2.899.
Selain itu, bursa saham di Eropa juga menunjukkan kondisi setali tiga uang. Indeks bursa saham Inggris FTSE, salah satunya, pada bulan Januari 2020 sempat menyentuh level 7.675. FTSE mengalami koreksi dalam hingga pada akhir Maret, berada pada posisi di bawah level 5.000. Namun, pada minggu ketiga Mei, FTSEsudah beranjak ke kisaran 6.002.
Mari kita lihat indeks di bursa saham tetangga Singapura (Straits Times Indeks/STI). Indeks STI pada pertengahan Januari 2020 berada pada level 3.281. Posisi terendah dicatatkan pada akhir Maret, di mana STI terkoreksi menjadi 2.233. Pada minggu ketiga Mei 2020, Indeks STI sudah ada di level 2.581.
Kondisi yang terjadi di berbagai bursa dunia ini menunjukkan pola yang sama. Investor di seluruh dunia sempat mengalami kondisi negatif yang sama, yaitu menderita potensi kerugian yang besar akibat pandemi Covid-19. Namun, dalam dua bulan belakangan ini, investor di seluruh dunia juga turut merasakan momentum kenaikan indeks bursa global, sehingga memberikan sinyal positif akan prospek pertumbuhan indeks sa ham ke depannya.
B. Perbandingan pasar modal sebelum dan sesudah masa new normal
Keadaan pasar modal sebelum new normal sangat menurun karena kegitan prekonomian dunia sangat terpuruk akibat dilakukanya lockdown yang membuat terhentinya rantai kerjama prekonomian dalam pasar modal dunia.
Memasuki era new normal di pertengahan 2020 Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) masih menjadi tema utama perbincangan di berbagai sektor. Di pasar modal Indonesia, peristiwa ini turut direspon para investor dalam menentukan keputusan arah investasi. Adapun perkembangan Pasar Modal Indonesia terkini, saat ini hampir seluruh kinerja indeks Bursa Global mengalami penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 21,13 persen di level 4.905 pada 30 Juni 2020, dibanding akhir tahun 2019. Pada umumnya, seluruh indeks sektoral mengalami penurunan secara year to date.
Pada masa new normal ini geliat pasar saham diyakini akan menunjukkan tren positif selama masa normal baru (new normal) ini.
Pengamat Bursa dan Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan memasuki normal baru, penting selalu menyediakan dana untuk membeli saham secara bertahap pada emiten yang punya prospek bagus. Apalagi ketika harga saham emiten itu ditawarkan dengan harga murah.
Dia menjelaskan pandemi merupakan suatu bencana global. Namun panic selling membuat ada tekanan berlebihan.
Selama tidak ada new epicentrum ataupun gelombang kedua, maka kondisi bisa diperkirakan cukup terkendali.





Komentar
Posting Komentar